Jakarta, Desember 2024 – Merayakan kelahiran buah hati kini menjadi lebih mudah dan praktis dengan Fitur Aqiqah di aplikasi ArahMuslim. Fitur ini hadir untuk membantu Umat Muslim melaksanakan ibadah aqiqah dengan beragam pilihan program, paket harga yang fleksibel, dan proses pemesanan yang simpel langsung melalui aplikasi.
Kenapa Pilih Aqiqah di ArahMuslim?
Fleksibilitas untuk memilih sesuai kebutuhan Sahabat Muslim.
Semua proses dari pemesanan hingga pelaporan dilakukan secara online.
Seluruh proses aqiqah dilakukan sesuai dengan tuntunan agama.
Kamu akan menerima laporan lengkap, termasuk foto dokumentasi pelaksanaan.
Sumber Gambar: Freepik.com
Dengan fitur ini, ArahMuslim memastikan bahwa ibadah aqiqah Sahabat Muslim menjadi lebih mudah, aman, dan penuh keberkahan. Kamu juga dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain melalui program distribusi yang tersedia. Nikmati kemudahan merencanakan aqiqah yang modern & terpercaya. Download aplikasi ArahMuslim sekarang di Google Play Store atau Apple Store.
Minuman keras atau khamr telah dikenal sejak zaman dahulu dan hingga kini masih sering dikonsumsi sebagian orang. Namun, dalam ajaran Islam, segala jenis minuman yang memabukkan dilarang atau haram untuk diminum.
Khamr berasal dari kata Arab yang berarti “menutupi”. Secara istilah, khamr adalah minuman yang memabukkan atau mengganggu akal. Segala jenis minuman yang dapat menyebabkan mabuk termasuk kategori khamr.
Oleh karena itu, Sahabat Muslim wajib mengetahui kriteria dan jenis minuman yang haram dalam Islam di bawah ini.
Apa Kriteria Minuman yang Haram dalam Islam?
Dalam Islam, suatu minuman dikategorikan haram jika mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh, merusak akal, atau dilarang secara tegas dalam syariat. Berikut terdapat empat kriteria cairan yang dilarang untuk diminum, yaitu:
Minuman keras yang mengandung alkohol (termasuk khamr).
Cairan najis dari binatang haram, misalnya darah atau cairan lainnya.
Cairan beracun yang dapat membahayakan tubuh.
Cairan narkoba yang memberikan efek mabuk atau merusak akal.
Dalam Islam, minuman keras adalah segala jenis minuman yang mengandung alkohol dan dapat menyebabkan mabuk. Berikut adalah beberapa jenis minuman keras dalam Islam:
1. Minuman dari Anggur
Khamr: Anggur yang dimasak hingga mendidih dan mengeras, menghasilkan cairan memabukkan.
Badziq: Anggur yang dimasak hingga airnya menyusut sepertiganya.
Munasshaf: Anggur yang dimasak hingga menyusut setengahnya dan menjadi keras.
Mutsallats: Anggur yang dimasak hingga menyusut dua pertiganya; memabukkan jika diminum dalam jumlah banyak.
2. Minuman dari Kurma
Assakar: Kurma basah yang direndam dalam air hingga manisnya hilang dan menjadi keras.
Fadhikh: Kurma kering yang dicampur air hingga menghasilkan cairan memabukkan.
Nabidz tamr: Kurma yang dimasak sebentar hingga menjadi cairan keras.
Apa Hadits tentang Khamr?
Sumber Gambar: freepik.com
Islam menganggap khamr sebagai salah satu penyebab utama perilaku buruk, seperti:
Menghalangi seseorang dari mengingat Allah (zikir).
Mengganggu pelaksanaan ibadah, termasuk salat.
Mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan.
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an, surah Al-Maidah ayat 90:
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Minuman yang memabukkan ketika dikonsumsi dalam jumlah banyak, maka sedikitnya pun tetap dihukumi haram.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi)
Beliau juga mengingatkan:
“Aku melarang kalian (meminum) semua jenis (minuman) yang memabukkan.”
Ghibah, atau membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuannya, merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Selain merusak hubungan sosial, ghibah juga dapat menimbulkan fitnah, kebencian, serta mengotori hati dan pikiran. Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan dan berbicara dengan penuh kebaikan.
Jika ada keinginan untuk membicarakan seseorang, lebih baik memastikan bahwa perkataan tersebut bermanfaat dan tidak merugikan. Maka dari itu, Sahabat Muslim dapat simak artikel di bawah ini untuk mengetahui bahaya Ghibah dalam Islam selengkapnya di artikel ini!
Mengapa Ghibah Dilarang dalam Islam?
Ghibah dilarang dalam Islam karena dapat merusak hubungan antar sesama, menimbulkan kebencian, serta mengotori hati dan pikiran. Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga lisan dan hanya berbicara hal yang baik.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa ghibah dilarang dalam Islam:
1. Ghibah Sama Seperti Memakan Bangkai Saudara Sendiri
Al-Qur’an menggambarkan ghibah dengan perumpamaan yang sangat tegas. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu menggunjingkan satu sama lain. Adakah di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik.”
Ayat ini menunjukkan bahwa ghibah tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga mencerminkan akhlak yang buruk bagi pelakunya.
2. Merusak Amal Kebaikan
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa yang membicarakan keburukan saudaranya, maka di hari kiamat, kebaikan orang itu akan diberikan kepada orang yang digunjingkannya.”
(HR. Muslim)
Bayangkan, amal kebaikan yang susah payah kita kumpulkan justru diberikan kepada orang lain karena kebiasaan buruk ini.
Ghibah bisa memecah hubungan antarindividu dan menimbulkan konflik. Jika apa yang dibicarakan terdengar oleh orang yang bersangkutan, tentu akan menyakitinya dan mungkin memutuskan hubungan silaturahmi.
4. Dosa yang Mudah Terjadi Tanpa Disadari
Seringkali, ghibah terjadi dalam percakapan ringan yang tidak disengaja, seperti mengomentari kekurangan orang lain. Padahal, Rasulullah SAW bersabda:
“Ghibah adalah engkau menyebutkan sesuatu tentang saudaramu yang ia benci jika ia mendengarnya.”
(HR. Muslim)
Jika yang dibicarakan benar, itu disebut ghibah. Jika tidak benar, maka itu adalah fitnah, yang dosanya bahkan lebih besar.
Bagaimana Cara Menghindari Ghibah sesuai Syariat Islam?
Sumber Gambar: Freepik.com
Menghindari ghibah sesuai syariat Islam dapat dilakukan dengan menjaga lisan, fokus pada kebaikan, serta memperbanyak dzikir dan istighfar. Di bawah ini terdapat beberapa cara menghindari Ghibah menurut Islam:
Jaga lisan dan hati: Jika ingin membicarakan orang lain, pastikan itu untuk kebaikan, bukan keburukan.
Ingat dampak ghibah: Selalu sadari bahwa kebiasaan ini merugikan diri sendiri dan orang lain.
Perbanyak zikir: Dengan mengingat Allah, hati kita akan lebih terjaga dari kebiasaan buruk.
Tegur dengan baik: Jika mendengar orang lain sedang bergunjing, alihkan pembicaraan ke hal yang lebih bermanfaat.
Dengan memperbanyak dzikir, memperbaiki niat, serta bergaul dengan lingkungan yang positif, Sahabat Muslim bisa lebih mudah menjauhkan diri dari kebiasaan ini. Menghindari ghibah bukan hanya menjaga diri dari dosa, tetapi juga menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan penuh berkah.
Agar lebih konsisten dalam memperbanyak dzikir dan menjaga hati dari kebiasaan buruk, Sahabat Muslim bisa memanfaatkan aplikasi ArahMuslim sebagai alat bantu dalam menghitung bacaan dzikir dan doa.
Dengan fitur yang praktis dan mudah digunakan, ArahMuslim membantu Anda tetap fokus dalam ibadah serta meningkatkan kualitas spiritual setiap harinya. Yuk, jadikan dzikir sebagai kebiasaan baik dengan ArahMuslim!
Rasulullah SAW adalah contoh teladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal menjaga kesehatan tubuh. Banyak orang yang mengira bahwa olahraga itu hanya soal fisik dan tubuh, padahal olahraga juga bisa mendatangkan pahala jika dilakukan dengan niat yang benar. Nah, tahukah kamu bahwa Rasulullah SAW menyarankan beberapa jenis olahraga yang tak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga bermanfaat bagi jiwa?
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk aktif bergerak dan menjaga kebugaran tubuh. Hal ini terlihat dalam beberapa hadis yang menyinggung jenis olahraga yang disukai oleh beliau. Olahraga yang disunnahkan ini tidak hanya dapat meningkatkan kesehatan tubuh, tetapi juga memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa jenis olahraga yang disunnahkan Rasulullah SAW:
Lari (jogging). (sumber: freepik)
1. Lari (Jogging)
Lari adalah salah satu olahraga yang sangat disukai oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa lari adalah olahraga yang baik dan bermanfaat untuk kesehatan. Bahkan, beliau sendiri sering melakukan lari dengan para sahabatnya. Lari dapat memperkuat daya tahan tubuh, melancarkan peredaran darah, serta menjaga kebugaran jantung.
Selain itu, lari juga bisa mendatangkan pahala, terutama jika dilakukan dengan niat yang ikhlas, seperti menjaga kesehatan untuk beribadah dengan lebih baik. Oleh karena itu, jika kamu ingin sehat dan mendapat pahala, cobalah rutin berlari.
Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan memanah. Dalam banyak hadis, beliau menekankan pentingnya keterampilan memanah, karena selain dapat memperkuat fisik, memanah juga merupakan salah satu olahraga yang mengajarkan ketelitian, konsentrasi, dan ketepatan. Bahkan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa memanah adalah sebaik-baiknya olahraga untuk kaum Muslimin.
Meskipun dalam zaman modern ini memanah mungkin tidak terlalu populer, namun manfaat fisiknya sangat terasa, seperti melatih kekuatan otot lengan dan tangan. Memanah juga dapat mengurangi stres, karena membutuhkan fokus yang tinggi.
Belajar berenang. (sumber: freepik)
3. Renang
Renang adalah olahraga lain yang disunnahkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis, beliau mengatakan bahwa “Ajari anak-anakmu untuk berenang, memanah, dan berkuda.” Renang adalah olahraga yang sangat baik untuk meningkatkan kekuatan tubuh secara keseluruhan. Aktivitas ini melibatkan hampir seluruh otot tubuh, sehingga dapat menjaga kelenturan dan kekuatan fisik.
Selain itu, renang juga bisa membantu melancarkan peredaran darah dan menjaga kesehatan jantung. Oleh karena itu, berenang tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga memberi ketenangan bagi pikiran dan jiwa.
Belajar berkuda. (sumber: freepik)
4. Berkuda
Berkuda adalah olahraga yang juga sangat disukai Rasulullah SAW. Rasulullah menganjurkan berkuda sebagai salah satu cara untuk menjaga kebugaran tubuh, sekaligus meningkatkan keterampilan. Dalam perang, berkuda juga menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Olahraga berkuda melibatkan kekuatan otot kaki, punggung, serta koordinasi tubuh secara keseluruhan.
Rasulullah SAW juga pernah menunjukkan teknik gulat, yang mengajarkan ketangkasan dan kekuatan fisik. Dalam hadis-hadisnya, beliau pernah mengajak para sahabat untuk berlatih gulat sebagai cara memperkuat tubuh dan melatih keberanian.
Jakarta, November 2024 – Membayar zakat kini semakin mudah dan transparan dengan Fitur Zakat Penghasilan di aplikasi ArahMuslim. Dengan fitur ini, Sahabat Muslim dapat menghitung, membayar, dan menyalurkan zakat penghasilan langsung melalui aplikasi, yang bekerja sama resmi dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).
Zakat penghasilan adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki penghasilan, apabila telah memenuhi nishab. Dengan zakat, kita turut membantu masyarakat yang membutuhkan sekaligus menyucikan rezeki yang diperoleh.
Keunggulan Fitur Zakat Penghasilan di ArahMuslim
Tidak perlu bingung menghitung jumlah zakat. Aplikasi ArahMuslim menyediakan kalkulator zakat yang akurat berdasarkan penghasilan kamu.
Zakat penghasilan Sahabat Muslim akan langsung disalurkan melalui BAZNAS RI.
Pembayaran zakat bisa dilakukan dengan mudah melalui berbagai kanal, seperti transfer bank, virtual account bank, dan e-wallet.
Sumber Gambar: Freepik.com
Langkah Membayar Zakat Penghasilan di ArahMuslim
Unduh/download aplikasi ArahMuslim melalui Google Play Store atau App Store.
Pilih menu Zakat.
Masukkan penghasilan kamu untuk menghitung jumlah zakat.
Pilih metode pembayaran yang diinginkan.
Selesai! Sahabat Muslim akan menerima laporan pembayaran/invoice secara otomatis.
Dengan fitur zakat di ArahMuslim, kamu tak hanya mempermudah kewajiban ibadah, tetapi juga berkontribusi langsung kepada kesejahteraan umat. Unduh aplikasi ArahMuslim sekarang dan nikmati kemudahan berzakat dalam satu genggaman!
Bagi umat Muslim, wudhu adalah ritual bersuci yang dilakukan sebelum shalat. Setiap gerakan dan bacaan dalam wudhu bukan hanya membersihkan tubuh, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam.
Setelah menyelesaikan wudhu, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa yang mengandung permohonan ampun dan keteguhan iman. Mari, lihat lebih dalam tentang makna dari doa ini dan bagaimana pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari di artikel ini.
Apa Makna Doa Setelah Wudhu?
Doa yang dibaca setelah wudhu mengandung pujian dan permohonan kepada Allah. Salah satu bentuknya adalah:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
Melalui bacaan ini, kita mengukuhkan kembali keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad. Doa ini membantu menjaga konsistensi iman, terutama dalam konteks kesucian dan persiapan untuk menghadap Allah dalam shalat.
Apa Makna Spiritualitas di Balik Doa Setelah Wudhu?
Doa setelah wudhu adalah bentuk komitmen diri kepada Allah, dengan keyakinan dan kesadaran akan keesaan-Nya. Doa ini mengajarkan tentang pengakuan akan kebesaran Allah dan ketergantungan kita pada-Nya.
Makna ini penting karena membantu menjaga kemurnian hati dan niat dalam beribadah, memperkuat hubungan batin dengan Allah.
Apa Manfaat Membaca Doa Setelah Wudhu?
Menurut banyak ulama, membaca doa ini bukan hanya mendapatkan pahala tambahan, tetapi juga membuka pintu keberkahan. Doa setelah wudhu bisa menjadi pengingat untuk menjaga niat bersih dalam menjalani kehidupan sehari-hari, memberikan ketenangan dan keyakinan dalam menjalankan tugas dan ibadah.
Selain itu, doa ini juga memperkuat kesadaran bahwa setiap ibadah, baik besar maupun kecil, adalah bentuk pendekatan diri kepada Sang Pencipta.
Beberapa ulama menyarankan untuk menggabungkan doa setelah wudhu dengan shalat sunnah dua rakaat, dikenal sebagai shalat sunnah wudhu. Amalan ini dianjurkan karena dipercaya menambah kesempurnaan ibadah dan ketenangan hati, seperti yang disampaikan oleh beberapa hadits shahih.
Sejarah Indonesia dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perjuangan bangsa. Di balik nama-nama besar yang sering kita dengar, ada banyak pemuda Islam yang berpengaruh namun kurang diketahui. Dalam artikel ini, kita akan mengungkap tujuh tokoh pemuda Islam yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia, meskipun namanya mungkin tidak sepopuler yang lain. Mari kita simak!
1. Sultan Syarif Kasim II
Sultan Syarif Kasim II adalah Sultan Siak yang berperan aktif dalam melawan penjajahan Belanda. Ia memimpin perlawanan yang dikenal dengan nama Perang Siak (1946-1949) dan mengorganisir angkatan bersenjata untuk melawan kekuatan kolonial. Selain itu, ia juga berusaha memperkuat pendidikan dan kebudayaan Islam di wilayahnya, sehingga mampu melahirkan generasi muda yang berpengetahuan dan berani.
2. Raden Ahmad Soerjopranoto
Raden Ahmad Soerjopranoto adalah seorang pendidik dan aktivis yang terlibat dalam organisasi Budi Utomo dan Muhammadiyah. Ia memperjuangkan pendidikan bagi kaum pribumi dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk meningkatkan akses pendidikan di kalangan rakyat. Selain itu, ia juga aktif dalam kampanye sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka sebagai warga negara.
Haji Agus Salim adalah diplomat ulung yang memegang peranan penting dalam mendirikan Masyumi, partai politik yang memperjuangkan kepentingan umat Islam di Indonesia. Ia aktif dalam perundingan yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar (1949). Selain itu, ia juga terlibat dalam pengembangan pendidikan Islam dan menjadi jembatan antara pemuda dan pemimpin nasional dalam perjuangan kemerdekaan.
4. Mohammad Roem
Sebagai diplomat dan politisi, Mohammad Roem berperan penting dalam upaya diplomasi Indonesia pasca kemerdekaan. Ia menjadi juru bicara yang mewakili Indonesia dalam perundingan dengan Belanda untuk memperoleh pengakuan internasional. Roem juga terlibat dalam pembentukan partai politik dan memperjuangkan hak-hak umat Islam di parlemen, sehingga membantu membangun fondasi bagi pemerintahan Indonesia yang baru.
5. Dr. Wahid Hasyim
Dr. Wahid Hasyim, sebagai pendiri Nahdlatul Ulama, berperan besar dalam pengembangan pendidikan Islam dan pelestarian nilai-nilai Islam di Indonesia. Ia juga menjadi Menteri Agama pertama Indonesia dan mendorong pembentukan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang lebih modern. Melalui ajarannya, ia membangun semangat toleransi antarumat beragama dan mengajak pemuda untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial dan politik.
Zainul Arifin dikenal sebagai pemimpin organisasi pemuda Islam yang aktif dalam mengorganisir gerakan sosial dan politik. Ia berjuang untuk hak-hak umat Islam dan membantu memperkuat solidaritas antar pemuda dari berbagai latar belakang. Upayanya dalam menyebarkan semangat perjuangan dan pendidikan sangat berharga, menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu-isu sosial dan politik di tanah air.
7. Abdul Rahman Saleh
Abdul Rahman Saleh adalah seorang pahlawan yang terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia berpartisipasi dalam berbagai organisasi Islam dan berjuang di front-line melawan penjajahan. Selain itu, ia juga dikenal karena perannya dalam pengorganisasian pasukan dan menyusun strategi pertempuran yang efektif. Dedikasi dan pengorbanannya menjadi inspirasi bagi banyak pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan dan keadilan.
Sahabat Muslim mungkin bertanya, “Mengapa pada tanggal 22 Oktober memperingati Hari Santri Nasional?” Tanggal tersebut tidak dipilih begitu saja, melainkan memiliki cerita penting di baliknya. Tanggal ini bukan sekadar hari biasa, melainkan menjadi simbol semangat perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Dalam konteks Islam, semangat jihad atau perjuangan yang diserukan para ulama kepada santri-santri ini sangat erat dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan bersiaplah kamu dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki.” (QS. Al-Anfal: 60)
Ayat ini mengingatkan pentingnya kesiapan umat Islam dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran, termasuk menjaga tanah air dari penjajahan. Mari, simak artikel ini untuk mengetahui hari santri dan sejarahnya lebih lengkap.
Latar Belakang Hari Santri Nasional Ditetapkan oleh Pemerintah
Gagasan mengenai penetapan Hari Santri Nasional pertama kali disampaikan oleh KH Thoriq Darwis, pengasuh Pondok Pesantren Babussalam di Banjarjo, Malang, Jawa Timur. Ketika Presiden Jokowi berkunjung ke pesantren tersebut untuk kampanye, KH Thoriq mengusulkan agar 1 Muharram ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.
Jokowi menyambut baik usulan ini, bahkan menunjukkan komitmennya dengan menandatangani kesepakatan tersebut. Jokowi tidak hanya menyetujui usulan tersebut, tetapi juga mengaitkan dengan pentingnya peran santri dan pesantren dalam mendukung program revolusi mental.
Ia juga menekankan bahwa pesantren memiliki peran besar dalam membentuk karakter bangsa melalui pendidikan agama, akhlak, dan nilai-nilai luhur.
Mengapa Pemerintah Memilih Tanggal 22 Oktober untuk Memperingati Hari Santri Nasional?
Latar belakang peringatan ini bermula dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Saat itu, situasi Indonesia sangat kritis karena penjajah Belanda ingin kembali merebut kekuasaan.
Para ulama dari Nahdlatul Ulama mengeluarkan seruan jihad, mengajak seluruh umat Islam, terutama para santri, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Seruan jihad ini memotivasi banyak santri untuk bergabung dalam perlawanan fisik melawan penjajah, terutama di Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945. Semangat dan keberanian mereka menjadi inspirasi bagi seluruh bangsa.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda dalam sebuah hadis yang sangat relevan dengan semangat perjuangan para santri:
“Barangsiapa yang mati karena membela hartanya, ia mati syahid. Barangsiapa yang mati karena membela agamanya, ia mati syahid.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menggambarkan bahwa membela agama, bangsa, dan tanah air merupakan bentuk jihad yang besar, dan para santri pada masa itu mencontohkan hal tersebut dengan keberanian mereka.
Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober kini menjadi simbol pengakuan atas kontribusi besar santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang kaya akan nilai perjuangan dan pengorbanan.
Mahar pernikahan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang harus besar atau mahal. Banyak orang yang berpikir bahwa semakin besar mahar, semakin baik pernikahan tersebut. Akan tetapi, tahukah kamu bahwa dalam Islam, mahar yang dianjurkan sebenarnya sangat sederhana dan tidak memberatkan?
Dalam Islam, mahar merupakan pemberian wajib dari mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai tanda kesungguhan dan penghormatan dalam pernikahan. Meskipun mahar ini penting, Islam tidak pernah mengharuskan besaran yang terlalu tinggi atau mewah. Justru, Islam menganjurkan agar mahar diberikan sesuai kemampuan, tanpa berlebihan.
1. Mahar yang Mudah dan Sederhana
Rasulullah SAW sendiri menganjurkan agar mahar tidak memberatkan. Dalam sebuah hadist disebutkan:
“Sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah (ringan)”
— (HR. Abu Dawud, No. 2117)
Hadits ini menunjukkan bahwa Islam lebih menyukai mahar yang sederhana. Mahar yang terlalu tinggi justru bisa memberatkan pihak laki-laki, sehingga bisa menunda atau bahkan menghalangi niat baik untuk menikah.
Ada banyak contoh mahar sederhana yang diberikan di zaman Rasulullah. Salah satu kisah yang terkenal adalah pernikahan antara Rasulullah SAW dengan Aisyah RA, di mana mahar yang diberikan berupa 500 dirham, jumlah yang sangat sederhana di masa itu.
Dalam pernikahan putri Rasulullah, Fatimah RA, dengan Ali bin Abi Thalib RA, mahar yang diberikan juga sangat sederhana, yaitu berupa baju besi. Dalam hadist lain, Rasulullah SAW bersabda:
“Wanita yang paling besar berkahnya adalah yang paling mudah maharnya”
— (HR. Ahmad, No. 24595)
Ini menunjukkan bahwa keberkahan dalam pernikahan bukan diukur dari besarnya mahar, melainkan dari kesederhanaan dan kemudahan yang diberikan.
3. Esensi Mahar dalam Islam
Islam memandang mahar sebagai simbol kasih sayang, bukan sebagai harga atau beban finansial. Tujuan mahar adalah untuk menghormati wanita, bukan untuk mempersulit pernikahan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar mahar disesuaikan dengan kemampuan dan tidak memaksakan jumlah yang terlalu besar.
Selain itu, mahar dalam Islam tidak hanya terbatas pada bentuk materi. Ada kisah di mana seorang sahabat yang tidak mampu memberikan mahar berupa harta benda, Rasulullah membolehkan mahar berupa hafalan Al-Qur’an. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Carilah sesuatu yang bisa dijadikan mahar, meskipun hanya cincin dari besi. Jika kamu tidak punya, maka ajarkan dia ayat-ayat dari Al-Qur’an.”
Hadist ini menunjukkan fleksibilitas dalam pemberian mahar, bisa berupa sesuatu yang sederhana.
4. Menjaga Kesederhanaan dalam Pernikahan
Dengan kesederhanaan mahar, pernikahan diharapkan menjadi lebih mudah dan terjangkau bagi semua kalangan. Hal ini juga sesuai dengan prinsip Islam yang menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam pernikahan.
Mahar yang tinggi bisa menjadi beban bagi calon mempelai pria dan keluarganya. Akibatnya, banyak pasangan yang akhirnya menunda pernikahan karena tidak mampu memenuhi mahar yang diminta. Padahal, Islam menganjurkan agar pernikahan tidak dipersulit dan dilakukan sesegera mungkin ketika sudah ada kesiapan.
Dalam Islam, ibadah, terutama shalat, adalah salah satu tiang agama yang paling penting. Banyak Muslim yang menjaga ibadah mereka dengan melakukan shalat lima waktu secara rutin. Salah satu hal yang sering menjadi perhatian dalam kaitannya dengan ibadah adalah tanda hitam yang muncul di jidat seseorang.
Sebagian orang percaya bahwa jidat hitam ini merupakan tanda bahwa seseorang rajin beribadah, khususnya sujud dalam shalat. Namun, apakah benar demikian? Simak artikel ini untuk mengetahui arti jidat hitam dalam Islam selengkapnya.
Bagaimana Asal Mula Tanda Hitam di Jidat?
Tanda hitam di jidat, yang dalam beberapa kasus disebut sebagai “zabibah” atau “bekas sujud,” muncul karena gesekan berulang antara dahi dan permukaan tempat sujud, seperti sajadah atau lantai.
Tanda ini biasanya terlihat pada seseorang yang sering beribadah dan sujud dalam waktu yang lama. Tanda tersebut lebih sering muncul pada orang dengan kulit sensitif atau pada mereka yang melakukan sujud di atas permukaan yang kasar.
Namun, tidak semua orang yang rajin beribadah memiliki tanda ini. Banyak orang yang melakukan shalat dengan khusyuk sepanjang hidup mereka tanpa pernah memiliki tanda hitam di jidat.
Dalam ajaran Islam, penilaian seseorang sebagai orang yang rajin ibadah atau dekat dengan Allah tidak bisa didasarkan pada tanda fisik, termasuk jidat hitam. Allah SWT menilai hamba-Nya berdasarkan ketakwaan, keikhlasan, dan niat, bukan dari tanda-tanda lahiriah yang terlihat di tubuh.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menekankan bahwa takwa dan kedekatan seseorang kepada Allah tidak diukur dari penampilan luar, melainkan dari kebersihan hati dan ketulusan dalam menjalankan perintah-Nya.
Apakah Jidat Hitam Menunjukkan Keimanan yang Tinggi?
Sumber gambar: freepik.com
Meskipun tanda hitam di jidat bisa muncul pada orang yang sering melakukan sujud, itu bukanlah ukuran keimanan seseorang. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW menekankan bahwa amalan-amalan yang ikhlas dan dilakukan semata-mata karena Allah adalah yang terpenting.
Ada juga peringatan dalam Islam agar tidak pamer ibadah (riya). Tanda hitam di jidat, jika digunakan untuk pamer atau ingin dilihat orang lain sebagai tanda kesalehan, justru bisa menjadi salah satu bentuk riya yang dilarang dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.” (HR. Ahmad)
Dalam Islam, lebih penting untuk fokus pada kualitas ibadah daripada aspek fisik yang mungkin muncul dari ibadah tersebut. Ketika seseorang sujud, yang paling penting adalah keikhlasan dan kekhusyukan dalam mendekatkan diri kepada Allah, bukan bekas yang ditinggalkan di tubuh.
Shalat yang khusyuk dan penuh keimanan tidak bisa diukur dari penampilan luar. Allah menilai hati dan niat setiap Muslim dalam menjalankan ibadah. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian dan rupa kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)