Islam Menganjurkan Mahar Ini untuk Pernikahan, Ternyata Mudah Banget!

Mahar pernikahan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang harus besar atau mahal. Banyak orang yang berpikir bahwa semakin besar mahar, semakin baik pernikahan tersebut. Akan tetapi, tahukah kamu bahwa dalam Islam, mahar yang dianjurkan sebenarnya sangat sederhana dan tidak memberatkan?

Dalam Islam, mahar merupakan pemberian wajib dari mempelai pria kepada mempelai wanita sebagai tanda kesungguhan dan penghormatan dalam pernikahan. Meskipun mahar ini penting, Islam tidak pernah mengharuskan besaran yang terlalu tinggi atau mewah. Justru, Islam menganjurkan agar mahar diberikan sesuai kemampuan, tanpa berlebihan.

1. Mahar yang Mudah dan Sederhana

Rasulullah SAW sendiri menganjurkan agar mahar tidak memberatkan. Dalam sebuah hadist disebutkan:

“Sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah (ringan)”

— (HR. Abu Dawud, No. 2117)

Hadits ini menunjukkan bahwa Islam lebih menyukai mahar yang sederhana. Mahar yang terlalu tinggi justru bisa memberatkan pihak laki-laki, sehingga bisa menunda atau bahkan menghalangi niat baik untuk menikah.

Baca Juga:

Amalan Sunnah di Hari Jumat

2. Contoh Mahar di Zaman Rasulullah SAW

Ada banyak contoh mahar sederhana yang diberikan di zaman Rasulullah. Salah satu kisah yang terkenal adalah pernikahan antara Rasulullah SAW dengan Aisyah RA, di mana mahar yang diberikan berupa 500 dirham, jumlah yang sangat sederhana di masa itu. 

Dalam pernikahan putri Rasulullah, Fatimah RA, dengan Ali bin Abi Thalib RA, mahar yang diberikan juga sangat sederhana, yaitu berupa baju besi. Dalam hadist lain, Rasulullah SAW bersabda:

“Wanita yang paling besar berkahnya adalah yang paling mudah maharnya”

— (HR. Ahmad, No. 24595)

Ini menunjukkan bahwa keberkahan dalam pernikahan bukan diukur dari besarnya mahar, melainkan dari kesederhanaan dan kemudahan yang diberikan.

3. Esensi Mahar dalam Islam

Islam memandang mahar sebagai simbol kasih sayang, bukan sebagai harga atau beban finansial. Tujuan mahar adalah untuk menghormati wanita, bukan untuk mempersulit pernikahan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar mahar disesuaikan dengan kemampuan dan tidak memaksakan jumlah yang terlalu besar.

Selain itu, mahar dalam Islam tidak hanya terbatas pada bentuk materi. Ada kisah di mana seorang sahabat yang tidak mampu memberikan mahar berupa harta benda, Rasulullah membolehkan mahar berupa hafalan Al-Qur’an. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Carilah sesuatu yang bisa dijadikan mahar, meskipun hanya cincin dari besi. Jika kamu tidak punya, maka ajarkan dia ayat-ayat dari Al-Qur’an.”

— (HR. Bukhari, No. 5121)

Baca Juga:

Bulan Baik untuk Menikah dalam Islam

Hadist ini menunjukkan fleksibilitas dalam pemberian mahar, bisa berupa sesuatu yang sederhana.

4. Menjaga Kesederhanaan dalam Pernikahan

Dengan kesederhanaan mahar, pernikahan diharapkan menjadi lebih mudah dan terjangkau bagi semua kalangan. Hal ini juga sesuai dengan prinsip Islam yang menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam pernikahan.

Mahar yang tinggi bisa menjadi beban bagi calon mempelai pria dan keluarganya. Akibatnya, banyak pasangan yang akhirnya menunda pernikahan karena tidak mampu memenuhi mahar yang diminta. Padahal, Islam menganjurkan agar pernikahan tidak dipersulit dan dilakukan sesegera mungkin ketika sudah ada kesiapan.

Sumber Referensi:

Mahar

Apakah Jidat Hitam Tanda Rajin Ibadah dalam Islam?

Dalam Islam, ibadah, terutama shalat, adalah salah satu tiang agama yang paling penting. Banyak Muslim yang menjaga ibadah mereka dengan melakukan shalat lima waktu secara rutin. Salah satu hal yang sering menjadi perhatian dalam kaitannya dengan ibadah adalah tanda hitam yang muncul di jidat seseorang. 

Sebagian orang percaya bahwa jidat hitam ini merupakan tanda bahwa seseorang rajin beribadah, khususnya sujud dalam shalat. Namun, apakah benar demikian?

1. Asal Mula Tanda Hitam di Jidat

Tanda hitam di jidat, yang dalam beberapa kasus disebut sebagai “zabibah” atau “bekas sujud,” muncul karena gesekan berulang antara dahi dan permukaan tempat sujud, seperti sajadah atau lantai. Tanda ini biasanya terlihat pada seseorang yang sering beribadah dan sujud dalam waktu yang lama. Tanda tersebut lebih sering muncul pada orang dengan kulit sensitif atau pada mereka yang melakukan sujud di atas permukaan yang kasar.

Namun, tidak semua orang yang rajin beribadah memiliki tanda ini. Banyak orang yang melakukan shalat dengan khusyuk sepanjang hidup mereka tanpa pernah memiliki tanda hitam di jidat.

Baca Juga:

Hukum Tidak Bisa Membaca Al-Quran

2. Pandangan Islam tentang Jidat Hitam

Dalam ajaran Islam, penilaian seseorang sebagai orang yang rajin ibadah atau dekat dengan Allah tidak bisa didasarkan pada tanda fisik, termasuk jidat hitam. Allah SWT menilai hamba-Nya berdasarkan ketakwaan, keikhlasan, dan niat, bukan dari tanda-tanda lahiriah yang terlihat di tubuh.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.”  

QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini menekankan bahwa takwa dan kedekatan seseorang kepada Allah tidak diukur dari penampilan luar, melainkan dari kebersihan hati dan ketulusan dalam menjalankan perintah-Nya.

3. Apakah Jidat Hitam Menunjukkan Keimanan yang Tinggi?

Meskipun tanda hitam di jidat bisa muncul pada orang yang sering melakukan sujud, itu bukanlah ukuran keimanan seseorang. Dalam banyak hadis, Rasulullah SAW menekankan bahwa amalan-amalan yang ikhlas dan dilakukan semata-mata karena Allah adalah yang terpenting.

Ada juga peringatan dalam Islam agar tidak pamer ibadah (riya). Tanda hitam di jidat, jika digunakan untuk pamer atau ingin dilihat orang lain sebagai tanda kesalehan, justru bisa menjadi salah satu bentuk riya yang dilarang dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riya.”  (HR. Ahmad)

Baca Juga:

Keutamaan Shalat Istikharah

4. Tidak Semua Rajin Shalat Memiliki Tanda Jidat Hitam

Sebagian orang mungkin merasa bahwa tanpa tanda hitam di jidat, mereka kurang dianggap sebagai Muslim yang rajin ibadah. Ini adalah pemahaman yang keliru. Tidak semua orang yang sering beribadah akan memiliki tanda tersebut, karena setiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda. Beberapa faktor seperti jenis kulit, tekanan saat sujud, dan jenis permukaan tempat sujud semuanya dapat memengaruhi apakah tanda ini muncul atau tidak.

5. Fokus pada Esensi Ibadah

Dalam Islam, lebih penting untuk fokus pada kualitas ibadah daripada aspek fisik yang mungkin muncul dari ibadah tersebut. Ketika seseorang sujud, yang paling penting adalah keikhlasan dan kekhusyukan dalam mendekatkan diri kepada Allah, bukan bekas yang ditinggalkan di tubuh. 

Shalat yang khusyuk dan penuh keimanan tidak bisa diukur dari penampilan luar. Allah menilai hati dan niat setiap Muslim dalam menjalankan ibadah. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk tubuh kalian dan rupa kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”  (HR. Muslim)

Sumber Referensi:

Jidat Hitam

Anjuran Doa Qunut Nazilah untuk Palestina, Apa itu?

Doa Qunut Nazilah adalah salah satu jenis doa yang dibaca dalam shalat untuk memohon pertolongan Allah saat umat Islam menghadapi bencana, musibah besar, atau situasi darurat, seperti perang, wabah, atau penderitaan lainnya. Kata “Nazilah” sendiri berarti “bencana” atau “musibah”, yang menunjukkan bahwa doa ini dilantunkan dalam kondisi yang genting.

Pengertian dan Latar Belakang Doa Qunut Nazilah

Doa Qunut Nazilah pada dasarnya adalah bentuk permohonan kepada Allah untuk diberikan perlindungan, pertolongan, dan kemenangan atas musuh atau ujian berat yang dihadapi. Nabi Muhammad SAW juga pernah mempraktikkan doa ini ketika umat Islam berada dalam situasi sulit, seperti ketika menghadapi ancaman dari musuh-musuh Islam.

Waktu Membaca Qunut Nazilah

Doa Qunut Nazilah biasanya dibaca dalam shalat berjamaah, terutama shalat wajib, setelah ruku’ pada rakaat terakhir. Biasanya imam shalat yang membacanya, dan makmum mengamininya. Namun, doa ini juga bisa dibaca dalam shalat pribadi jika dirasa perlu.

Bacaan Doa Qunut Nazilah

Meskipun tidak ada teks spesifik yang diwajibkan untuk doa Qunut Nazilah, banyak ulama merekomendasikan untuk membaca doa yang mencakup permohonan perlindungan dan kemenangan. Berikut adalah salah satu contoh bacaan Qunut Nazilah:

“Allahumma ihdina fi man hadait, wa ‘afina fi man ‘afait, wa tawallana fi man tawallait, wa barik lana fi ma a’tait, wa qina sharra ma qadait, fa innaka taqdi wa la yuqda ‘alaik, innahu la yadhillu man walait, wa la ya’izzu man ‘adait, tabarakta rabbana wa ta’alait. Allahumma ‘adhdhibil kafarata alladhina yasudduna ‘an sabilika wa yukadhdhibuna rusulaka wa yuqtiluna awliya’ak.”

Baca Juga:

Keutamaan Shalat Istikharah

Hikmah dan Keutamaan Membaca Doa Qunut Nazilah

Membaca Qunut Nazilah mengingatkan kita akan pentingnya ketergantungan kepada Allah dalam menghadapi segala situasi sulit. Selain sebagai sarana permohonan bantuan, doa ini juga menjadi pengingat bahwa kekuatan dan perlindungan sejati hanya datang dari Allah. Ini juga menunjukkan solidaritas umat Islam dalam menghadapi tantangan bersama, dengan doa sebagai salah satu bentuk ikhtiar spiritual.

Sumber:

Doa Qunut Nazilah

Catat! Ini Dia Manfaat Membaca Ayat Kursi

Ayat Kursi merupakan salah satu ayat paling agung dalam Al-Qur’an dan memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Ayat ini sering disebut sebagai “singgasana Allah” di langit dan bumi. Selain keindahan maknanya, membaca Surah Ayat Kursi juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan kita. 

Keutamaan Membaca  Ayat Kursi

  1. Perlindungan dari Setan: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan suatu surat dalam Al-Qur’an yang terdiri dari tiga ayat, yang tidak ada suatu rumah yang dibacakan di dalamnya kecuali setan akan menjauh darinya selama tiga hari.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Ayat yang dimaksud adalah ayat kursi.
  1. Ketenangan Hati: Membaca ayat kursi secara rutin dapat memberikan ketenangan hati dan jiwa. Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan meyakinkan kita bahwa Allah selalu bersama kita. 
  1. Rezeki yang Berkah: Banyak hadis yang menyebutkan bahwa membaca ayat kursi dapat membuka pintu rezeki. Dengan membaca ayat ini, kita memohon kepada Allah agar diberikan rezeki yang halal dan berkah.

Baca Juga:

Amalan Penggugur Dosa

  1. Perlindungan dari Sihir: Ayat kursi dipercaya sebagai benteng yang kuat untuk menangkal sihir dan ilmu hitam.
  1. Pahala yang Besar: Membaca ayat kursi secara istiqomah akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
  1. Keamanan Dunia dan Akhirat: Bagi mereka yang rutin membaca ayat kursi, Allah SWT akan memberikan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Cara Mengamalkan Surah Ayat Kursi

  • Setelah Sholat Fardhu: Waktu yang paling utama untuk membaca ayat kursi adalah setelah sholat fardhu.
  • Sebelum Tidur: Membaca ayat kursi sebelum tidur dapat melindungi kita dari gangguan setan selama tidur.
  • Saat Menghadapi Masalah: Ketika menghadapi masalah, membaca ayat kursi dapat memberikan ketenangan dan kekuatan.

Sumber: 

Ayat Kursi

Keutamaan Sedekah di Waktu Sempit, Sudah Tahu?

Sedekah adalah tindakan mulia yang dianjurkan dalam agama Islam. Namun, tahukah Sahabat Muslim bahwa sedekah yang dilakukan di saat kondisi kita sedang sulit atau sempit memiliki keutamaan yang lebih besar? Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan dijelaskan dalam beberapa hadis.

Hadis tentang Sedekah di Waktu Sempit

Dalam Hadis Riwayat An-Nasai: Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan oleh orang yang serba kekurangan.” (HR. An-Nasai No. 2526). Hadis di atas dengan jelas menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam kesulitan atau kekurangan harta, memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah SWT. 

Mengapa Sedekah di Waktu Sempit Sangat Utama?

  • Kesetiaan pada Allah: Sedekah di waktu sempit menunjukkan keikhlasan dan kesetiaan seseorang kepada Allah SWT. Meskipun dalam kondisi sulit, ia tetap rela berbagi dengan orang lain.
  • Ujian Keimanan: Sedekah di waktu sempit merupakan ujian atas keimanan seseorang. Semakin besar ujian yang dihadapi, semakin besar pula pahala yang akan diperoleh.
  • Pintu Kebaikan Terbuka: Sedekah di waktu sempit akan membuka pintu kebaikan yang lebih luas. Allah SWT akan memberikan rezeki yang lebih baik dan melimpah sebagai balasan.

Baca Juga:

Etika Bersedekah dalam Islam

Hikmah di Balik Sedekah di Waktu Sempit

  • Meringankan Beban: Sedekah di waktu sempit dapat meringankan beban hidup seseorang. Dengan berbagi, kita akan merasa lebih lapang dan bahagia.
  • Menumbuhkan Empati: Sedekah dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Kita akan lebih memahami kesulitan yang dialami oleh orang lain.
  • Menjadi Teladan: Dengan bersedekah, kita menjadi teladan bagi orang lain. Tindakan kita dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat baik.

Sumber Referensi:

Sedekah

Teladani Sifat Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan Sehari-hari

Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan bagi umat Muslim. Banyak sifat beliau yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi sosial, pekerjaan, maupun hubungan pribadi. 

Berikut adalah beberapa sifat Nabi Muhammad yang patut diteladani:

1. Kejujuran (As-Siddiq)

Nabi Muhammad dikenal dengan gelar “Al-Amin,” yang berarti orang yang dapat dipercaya. Dalam setiap tindakan, beliau selalu jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kejujuran ini sangat relevan dalam kehidupan modern, terutama dalam hubungan sosial dan pekerjaan. Dengan bersikap jujur, kita bisa membangun kepercayaan dengan orang lain.

2. Amanah

Selain jujur, Nabi Muhammad juga selalu menjaga amanah. Beliau tidak pernah mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sifat ini mengajarkan kita untuk bertanggung jawab atas tugas atau kewajiban yang kita emban. Dalam konteks pekerjaan atau kehidupan pribadi, sifat amanah akan membuat kita lebih dipercaya dan dihargai.

Baca Juga:

Perbuatan yang Mengundang Bantuan Allah SWT

3. Sabar

Kesabaran Nabi Muhammad sangat luar biasa, terutama ketika menghadapi berbagai tantangan dalam menyebarkan agama Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang menguji kesabaran, seperti di jalanan, di tempat kerja, atau dalam hubungan personal. Dengan meneladani kesabaran Nabi, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi masalah.

4. Pemaaf

Nabi Muhammad adalah sosok yang pemaaf, bahkan kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Beliau mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain sebagai bentuk kasih sayang. Memaafkan orang lain, meskipun sulit, bisa membantu kita melepaskan beban emosional dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis.

5. Dermawan

Nabi Muhammad sangat dermawan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Sifat ini mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa meneladani sifat ini dengan membantu orang-orang di sekitar kita, baik dalam bentuk materi, tenaga, atau sekadar perhatian.

6. Rendah Hati (Tawadhu)

Meskipun beliau adalah pemimpin besar, Nabi Muhammad selalu rendah hati. Beliau tidak pernah memamerkan kekuasaannya dan selalu memperlakukan orang lain dengan rasa hormat. Sifat tawadhu ini penting untuk diterapkan agar kita tidak menjadi sombong dan selalu menghargai orang lain.

Baca Juga:

Pemimpin yang Baik Menurut Ajaran Nabi Muhammad SAW

7. Peduli terhadap Orang Lain

Nabi Muhammad sangat peduli terhadap kesejahteraan orang lain, baik dalam hal fisik maupun emosional. Beliau selalu memperhatikan kondisi orang-orang di sekitarnya dan memberikan bantuan sesuai kemampuannya. Dengan meneladani sifat ini, kita bisa lebih empati dan peduli terhadap lingkungan sosial kita.

8. Disiplin dan Tanggung Jawab

Nabi Muhammad sangat disiplin dalam menjalankan ibadah dan tugas-tugasnya. Beliau selalu menjaga waktu dan melakukan setiap pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari, disiplin ini bisa kita terapkan untuk lebih produktif dan konsisten dalam mencapai tujuan.

Sumber referensi:

Sifat Teladan Rasulullah SAW

Apa Maksudnya Puasa Nazar dalam Islam?

Puasa nazar adalah salah satu ibadah sunnah dalam Islam yang dilakukan untuk menepati janji kepada Allah SWT. Janji tersebut biasanya diucapkan ketika seseorang sedang mengalami kesulitan atau menginginkan sesuatu, dan berjanji akan melakukan puasa jika hajatnya terkabul. 

Makna Puasa Nazar

  • Menunjukkan rasa syukur kepada Allah SWT. Ketika hajat terkabul, puasa nazar menjadi wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.
  • Meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan menepati janji, seseorang menunjukkan komitmennya untuk mentaati perintah Allah SWT.
  • Melatih diri untuk disiplin dan menahan diri. Puasa nazar melatih seseorang untuk disiplin dalam menjalankan ibadah dan menahan diri dari hawa nafsu.

Tata Cara Puasa Nazar

1.Melafalkan Niat

Niat puasa nazar diucapkan pada malam hari sebelum memulai puasa. Berikut lafal niatnya:

Nawaitu shauma nnadhr lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat puasa nazar karena Allah SWT.”

2. Menjalankan Puasa Seperti Biasa

Puasa nazar dijalankan seperti puasa Ramadhan, yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

3. Mengerjakan Puasa Sesuai dengan Nazar

Lama puasa nazar tergantung pada nazar yang diucapkan. Bisa sehari, beberapa hari, atau bahkan berbulan-bulan.

Keutamaan Puasa Nazar

  • Mendapatkan pahala yang besar. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang bernazar untuk berpuasa, maka wajib baginya untuk memenuhinya.” (HR Bukhari dan Muslim)
  • Menghilangkan dosa. Puasa nazar dapat menjadi salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kecil.
  • Mempermudah terkabulnya hajat. Ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa puasa nazar dapat mempermudah terkabulnya hajat.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Puasa Nazar

  • Nazar tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam. Nazar yang bertentangan dengan syariat Islam tidak boleh ditepati.
  • Nazar tidak boleh mengandung riya’ atau sumpah. Nazar yang mengandung riya’ atau sumpah tidak boleh ditepati.
  • Orang yang bernazar tidak boleh menyiksa diri sendiri, seperti berpuasa terlalu lama atau melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya.

Bagaimana Proses Pencucian Ka’bah?

Ka’bah, bangunan suci yang menjadi kiblat umat Islam di seluruh dunia, memiliki makna yang sangat mendalam dalam agama Islam. Selain sebagai pusat ibadah, Ka’bah juga dijaga kebersihannya melalui proses pencucian yang dilakukan secara rutin. 

Proses pencucian ini bukan hanya kegiatan fisik, tetapi juga simbolik yang mencerminkan kesucian dan penghormatan terhadap rumah Allah. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pencucian Ka’bah dan makna di baliknya.

1. Persiapan Sebelum Pencucian

a. Penutupan Ka’bah

Sebelum pencucian dimulai, area di sekitar Ka’bah biasanya ditutup untuk umum. Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan untuk ikut serta dalam proses ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekhusyukan dan kesakralan proses pencucian.

b. Pengumpulan Perlengkapan

Perlengkapan yang diperlukan untuk mencuci Ka’bah seperti air zamzam, air mawar, kain putih bersih, dan bahan pembersih lainnya dikumpulkan dan disiapkan.

Baca Juga:

Keutamaan Salat Berjamaah

2. Proses Pencucian

a. Pembukaan Pintu Ka’bah

Proses pencucian dimulai dengan membuka pintu Ka’bah. Pintu ini terletak beberapa meter di atas tanah dan hanya dapat dibuka dengan menggunakan tangga khusus. Pembukaan pintu dilakukan oleh petugas yang memiliki tugas khusus untuk itu.

b. Pembersihan Bagian Dalam

Setelah pintu Ka’bah dibuka, bagian dalamnya dibersihkan terlebih dahulu. Lantai, dinding, dan area dalam Ka’bah disapu dan dilap dengan kain bersih yang telah dibasahi air zamzam dan air mawar. Proses ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan rasa hormat.

c. Pembersihan Bagian Luar

Bagian luar Ka’bah juga dibersihkan dengan cara yang serupa. Kain putih bersih digunakan untuk mengelap dinding luar Ka’bah. Air zamzam dan air mawar juga digunakan untuk membersihkan bagian luar ini.

3. Penutupan Proses Pencucian

a. Penggantian Kiswah

Setelah pencucian selesai, Kiswa (kain penutup Ka’bah) yang baru dipasang. Kiswa ini diganti setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu saat umat Muslim melaksanakan ibadah haji. Penggantian Kiswa merupakan bagian penting dari proses pemeliharaan Ka’bah.

b. Doa dan Dzikir

Proses pencucian biasanya diakhiri dengan doa dan dzikir yang dipanjatkan oleh mereka yang terlibat dalam proses ini. Doa ini bertujuan untuk memohon berkah dan perlindungan dari Allah SWT.

Sumber Referensi:

Ka’bah

Sedekah Al-Qur’an: Setiap Ayat Jadi Syafaat 

Sahabat Muslim, pernahkah kamu terpikirkan tentang amalan yang pahalanya terus mengalir meski kita sudah tiada? Salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sedekah. Namun, tahukah Sahabat Muslim, bahwa ada jenis sedekah yang sangat istimewa dan pahalanya begitu besar? Yaitu sedekah Al-Qur’an.

Sedekah Al-Qur’an adalah tindakan mulia dengan menyumbangkan mushaf Al-Qur’an kepada mereka yang membutuhkan atau juga menyumbangkan dalam bentuk uang, yang nantinya akan dibelikan Al-Qur’an. Amalan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi penerima, tetapi juga mengalirkan pahala yang berlimpah bagi pemberi.

Keutamaan Sedekah Al-Qur’an

  • Pahala yang Terus Mengalir: Setiap kali Al-Qur’an atau uang yang kita sisihkan, dibaca, dipelajari, atau diamalkan, kita akan mendapatkan pahala yang terus mengalir.
  • Meningkatkan Keimanan: Dengan bersedekah Al-Qur’an, kita turut serta dalam menyebarkan Kalamullah dan meningkatkan keimanan umat.
  • Menjadi Bagian dari Dakwah: Sedekah Al-Qur’an adalah bentuk dakwah yang sangat efektif. Kita ikut berperan dalam mengajak orang lain untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an.
  • Amalan Jariyah: Sedekah Al-Qur’an termasuk dalam kategori amalan jariyah, yaitu amal kebaikan yang pahalanya terus mengalir meskipun pelakunya sudah meninggal dunia.

Manfaat Penerima Sedekah Al-Qur’an

  • Mendapatkan Ilmu Agama

Mereka yang menerima sedekah Al-Qur’an akan memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mengamalkan isi Al-Qur’an.

  • Meningkatkan Kualitas Hidup

Dengan mempelajari Al-Qur’an, seseorang akan mendapatkan petunjuk hidup yang baik dan berkualitas.

  • Menjadi Generasi Qur’ani

Sedekah Al-Qur’an turut serta dalam mencetak generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.

Sedekah Al-Qur’an adalah amalan yang sangat mulia dan memiliki banyak manfaat. Dengan bersedekah Al-Qur’an, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT. ArahMuslim menghadirkan Program Sedekah Al-Qur’an yang bekerja sama dengan lembaga terpercaya & insyaAllah amanah, yakni Asar Humanity. 

Mari kita bersama-sama menyebarkan kebaikan dengan cara yang sederhana namun berdampak besar. Download ArahMuslim melalui Google Play Store atau Apple Store untuk memulai kebaikan.

Bagaimana Cara Memperlakukan Istri dalam Islam?

Islam sangat menekankan pentingnya hubungan yang harmonis dalam keluarga, khususnya antara suami dan istri. Perlakuan yang baik terhadap istri merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berikut adalah beberapa cara memperlakukan istri sesuai ajaran Islam.

Panduan dari Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan panduan yang sangat jelas mengenai cara memperlakukan istri dengan baik. Beberapa ayat yang relevan antara lain:

  • QS. an-Nisa’ ayat 19: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” Ayat ini menginstruksikan suami untuk bergaul dengan istri dengan cara yang baik, penuh kasih sayang, dan hormat.
  • QS. ar-Rum ayat 21: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Ayat ini menjelaskan bahwa pernikahan adalah rahmat dari Allah dan suami istri seharusnya saling mencintai dan menyayangi.

Baca Juga:

Mendidik Anak dalam Islam

  • QS. an-Nisa’ ayat 34: “Laki-laki itu adalah pemimpin perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu perempuan yang saleh ialah yang patuh (kepada suaminya) dan memelihara apa yang Allah perintahkan kepadanya untuk memeliharanya, perempuan yang jika suaminya tidak ada, dia menjaga dirinya dan harta suaminya dengan cara yang Allah telah perintahkan.” Ayat ini menjelaskan kepemimpinan suami dalam rumah tangga, namun kepemimpinan ini harus dijalankan dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Panduan dari Sunnah Rasulullah SAW

Rasulullah SAW memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana seorang suami harus memperlakukan istrinya. Beberapa hadis yang relevan antara lain:

  • Hadis tentang menjaga lisan: Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. at-Tirmidzi)
  • Rasulullah SAW menganjurkan suami untuk memberikan hadiah kepada istrinya, meskipun hanya berupa ranting pohon kurma.
  • Rasulullah SAW menganjurkan suami untuk meminta izin kepada istrinya sebelum bepergian atau membawa tamu ke rumah.

Contoh Perilaku Suami yang Baik

  • Menghormati: Suami yang baik selalu menghormati pendapat dan perasaan istrinya.
  • Menyayangi: Suami yang baik selalu menyayangi istrinya dan memberikan perhatian yang cukup.
  • Sabar: Suami yang baik selalu sabar menghadapi kekurangan istrinya.
  • Membantu pekerjaan rumah tangga: Suami yang baik tidak ragu untuk membantu pekerjaan rumah tangga.
  • Berkomunikasi dengan baik: Suami yang baik selalu berkomunikasi dengan baik dengan istrinya.

Baca Juga:

Keistimewaan Wanita Hamil

Manfaat Memperlakukan Istri dengan Baik

  • Rumah tangga bahagia: Perlakuan yang baik terhadap istri akan menciptakan suasana rumah tangga yang bahagia dan harmonis.
  • Dapat ridha Allah: Memperlakukan istri dengan baik adalah bentuk ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
  • Anak-anak menjadi lebih baik: Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang harmonis cenderung memiliki akhlak yang baik.

Sumber Referensi:

Memperlakukan Istri