Ayah memiliki peran yang sangat istimewa dalam Islam. Sebagai pemimpin keluarga, ayah bertanggung jawab untuk membimbing, melindungi, dan memenuhi kebutuhan anak serta istrinya.
Islam mengajarkan bahwa ayah bukan hanya mencari nafkah, tetapi juga membentuk karakter anak-anaknya. Peran ayah dalam mendidik anak dengan nilai-nilai Islam akan menjadi bekal penting bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, seorang ayah harus menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Bagaimana Islam memandang sosok ayah dan perannya dalam keluarga? Simak artikel ini untuk mengetahui lebih lanjut!
Sosok Ayah sebagai Perlindungan Keluarga
Ayah dalam Islam dipandang sebagai pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas perlindungan, penghidupan, dan keamanan keluarga.
Sebagai pemimpin, ayah memiliki tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan memberikan arahan serta bimbingan bagi seluruh anggota keluarga.
Selain menjadi pemimpin, ayah juga berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya. Dalam surat Luqman, Allah SWT memberikan contoh teladan seorang ayah yang berpesan kepada anaknya agar selalu mengingat Allah.
Pendidikan yang diberikan oleh ayah tidak hanya sebatas ilmu agama, tetapi juga akhlak mulia, etika, dan keterampilan hidup.
Sosok Ayah sebagai Pendidik dan Pembinaan Moral
Ayah memiliki peran krusial dalam mengajarkan nilai-nilai agama, moral, dan etika kepada anak-anaknya.
Dalam Islam, ayah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dan berkembang sesuai dengan ajaran agama dan memperoleh pendidikan yang baik secara islami.
Hubungan antara ayah dan anak idealnya adalah sebagai sahabat. Ayah yang baik adalah sosok yang bisa diajak berbagi, tempat berkeluh kesah, dan menjadi teman bermain. Dengan menjadi sahabat bagi anak-anaknya, ayah akan lebih mudah membangun kedekatan dan kepercayaan.
Sosok ayah bukan hanya sebagai pemimpin keluarga yang berwibawa, tetapi juga sebagai pendidik, teladan moral, dan pemberi kasih sayang yang penting dalam pembentukan karakter anak-anak. Keberadaannya menjadi pondasi yang kokoh bagi keharmonisan dan kesuksesan spiritual keluarga Muslim.
Dengan menjadi ayah yang baik, kita tidak hanya akan membahagiakan keluarga, tetapi juga akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.
Wira’i adalah salah satu sifat terpuji yang dianjurkan dalam Islam. Kata wira’i berasal dari bahasa Arab yang berarti takut atau menghindar. Dalam konteks agama, wira’i berarti takut kepada Allah dan senantiasa berusaha menjauhi segala sesuatu yang dilarang-Nya. Sikap wira’i ini menjadi benteng bagi seorang muslim untuk menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Pentingnya Wira’i dalam Kehidupan Muslim
Wira’i memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Beberapa alasan mengapa wira’i sangat dianjurkan, antara lain:
Menjaga keimanan: Sikap wira’i akan memperkuat keimanan seseorang. Dengan senantiasa takut kepada Allah, seorang muslim akan terdorong untuk selalu beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Mencegah perbuatan dosa: Wira’i akan membuat seseorang selalu berhati-hati dalam bertindak. Ia akan menghindari segala sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke dalam perbuatan dosa.
Mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat: Orang yang berwira’i akan mendapatkan ketenangan hati dan kebahagiaan dunia. Selain itu, ia juga akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah dan meraih surga-Nya.
Untuk mengimplementasikan sikap wira’i dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim dapat melakukan beberapa hal berikut:
Meningkatkan ketakwaan: Dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, seseorang akan merasa selalu diawasi oleh-Nya sehingga akan terdorong untuk selalu berbuat baik.
Mempelajari ilmu agama: Dengan mempelajari ilmu agama, seseorang akan mengetahui apa saja yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah.
Bergaul dengan orang-orang saleh: Bergaul dengan orang-orang saleh akan memberikan pengaruh positif dan motivasi untuk terus memperbaiki diri.
Berdoa dan beristighfar: Berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk selalu berbuat baik dan beristighfar atas segala dosa yang telah dilakukan.
Contoh Sikap Wira’i
Beberapa contoh sikap wira’i dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Menjaga pandangan: Menghindari melihat hal-hal yang haram seperti aurat orang lain.
Menjaga lisan: Menghindari berkata bohong, ghibah, dan kata-kata kotor.
Menjaga anggota badan: Menghindari perbuatan zina, mencuri, dan minum minuman keras.
Menjaga hati: Menghindari perasaan dengki, iri hati, dan sombong.
Kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh pemilik daycare di Depok, telah menjadi perhatian serius bagi kita semua. Sebagai Sahabat Muslim, kita diajarkan untuk memperlakukan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan pengertian, sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran Islam yang mulia.
Artikel ini akan membahas panduan Islam tentang perlakuan terhadap anak, serta pentingnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan Kasih Sayang dan Pengasuhan
Panduan utama dalam Islam adalah memberikan kasih sayang kepada anak-anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak kita, maka bukan termasuk golongan kita.” (HR. Ahmad)
Dalam kasus daycare, penting bagi pengasuh untuk memperlakukan anak dengan lembut dan penuh perhatian, seperti layaknya mereka merawat anak sendiri.
Islam secara tegas melarang kekerasan terhadap siapapun, apalagi terhadap anak-anak yang rentan dan masih dalam tahap perkembangan. Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran,
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kelembutan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa: 24)
Memberikan Pendidikan dan Pembinaan Moral Islam
Pendidikan dalam Islam bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang moral dan akhlak yang baik. Anak-anak perlu dibina dengan penuh perhatian agar tumbuh menjadi generasi yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan kita untuk memberi pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam hadisnya yang terkenal.
Orang tua dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk bahaya, termasuk kekerasan fisik dan mental. Hal ini termasuk memilih tempat perawatan yang aman dan pengasuh yang berkualitas.
Kasus kekerasan terhadap anak di Depok adalah peringatan bagi kita semua untuk lebih memahami dan menerapkan panduan Islam dalam memperlakukan anak-anak.
Dengan memberikan kasih sayang, melarang kekerasan, memberikan pendidikan dan perlindungan yang baik, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh kembang dengan baik.
Mari kita bersama-sama menjaga dan melindungi anak-anak, sebagai amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai orang tua dan anggota masyarakat.
Dalam agama Islam, pernikahan adalah ibadah yang sangat dianjurkan dan termasuk sunnah nabi. Sebelum menuju pernikahan, ada sebuah proses yang disebut khitbah yang menjadi langkah awal menuju pernikahan. Meskipun mirip dengan tunangan, khitbah memiliki pengertian yang lebih spesifik dalam konteks Islam.
Secara bahasa, khitbah berarti meminta, melamar, atau meminang seorang perempuan untuk menjadi istri. Proses khitbah memiliki aturan dan tata cara yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Simak artikel ini untuk penjelasan selengkapnya!
Apa itu Proses Khitbah?
Khitbah adalah prosesi lamaran di mana keluarga laki-laki mengunjungi rumah calon mempelai perempuan untuk menyampaikan niat melamar dan mengajak untuk menikah. Lamaran ini bisa calon mempelai laki-laki sampaikan secara langsung atau perwakilan keluarga yang telah disepakati sesuai dengan ajaran agama.
Dalam proses ini, calon mempelai perempuan hanya perlu memberikan jawaban “iya” atau “tidak”. Jika perempuan menerima lamaran, maka statusnya menjadi makhthubah, yang berarti ia telah resmi dilamar dan tidak boleh menerima lamaran dari laki-laki lain.
Dalam Islam, khitbah dianjurkan karena dapat memperkuat ikatan antara kedua keluarga dan memberikan waktu bagi calon mempelai untuk saling mengenal lebih dekat.
Khitbah hukumnya sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan. Hal ini didasarkan pada beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk melakukan khitbah sebelum menikah. Beberapa hadis yang berkaitan dengan khitbah, antara lain:
“Jika salah seorang di antara kalian meminang seorang wanita, maka hendaklah ia melihatnya terlebih dahulu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan pentingnya saling mengenal sebelum memutuskan untuk menikah. Dengan melihat langsung, calon mempelai dapat mengetahui sifat, karakter, dan kesesuaian satu sama lain.
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kebaikan seorang wanita adalah jika ia dinikahi karena agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menekankan pentingnya memilih pasangan hidup berdasarkan keimanan dan akhlak yang baik. Agama menjadi faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih calon pasangan.
“Pernikahan itu sunnahku, maka barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa pernikahan merupakan sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, khitbah sebagai langkah awal menuju pernikahan juga merupakan hal yang dianjurkan.
Apa Saja Syarat Sah Khitbah?
Makna khitbah dalam pernikahan Islam merupakan tahap penting dalam proses menuju pernikahan, namun ada beberapa syarat yang perlu Anda penuhi agar menjadi sah. Syarat-syarat ini bertujuan agar prosesi khitbah dilakukan dengan benar sesuai dengan ajaran agama dan dapat membangun dasar yang kuat bagi hubungan pernikahan.
Berikut adalah beberapa syarat sah khitbah yang perlu Anda ketahui:
Adanya calon mempelai pria dan wanita yang baligh dan berakal sehat.
Adanya wali yang menikahkan dari pihak perempuan.
Adanya dua orang saksi yang adil.
Terdapat ijab dan kabul yang sah.
Tidak adanya halangan yang menghalangi pernikahan, seperti masih dalam masa iddah atau adanya hubungan mahram.
Bagaimana Tata Cara Khitbah yang Benar?
Tata cara khitbah yang benar sangat penting untuk dilakukan agar proses lamaran berjalan sesuai dengan ajaran Islam dan norma-norma yang berlaku. Khitbah bukan hanya sekadar prosesi mengungkapkan niat untuk menikah, tetapi juga melibatkan berbagai langkah yang harus dilakukan dengan penuh perhatian dan kesopanan.
Di bawah ada langkah-langkah proses khitbah yang tepat, yaitu:
Taaruf: Proses saling mengenal antara calon mempelai dan keluarga masing-masing.
Lamaran: Pihak laki-laki menyampaikan niat baik untuk melamar kepada pihak perempuan.
Perjanjian: Kedua belah pihak membuat perjanjian mengenai mahar, waktu pernikahan, dan hal-hal lain yang perlu disepakati.
Acara Khitbah: Dilaksanakan acara syukuran untuk merayakan dimulainya hubungan yang serius ini.
Khitbah memiliki beberapa tujuan penting dalam proses pernikahan menurut ajaran Islam. Selain sebagai langkah awal menuju pernikahan, khitbah juga bertujuan untuk memastikan kesiapan kedua belah pihak dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Berikut ini adalah beberapa tujuan lainnya yang dapat Anda ketahui:
Menguji keseriusan kedua belah pihak.
Saling mengenal lebih dekat antara calon mempelai dan keluarga.
Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pernikahan.
Menjaga kehormatan kedua belah pihak.
Demikian penjelasan mengenai pengertian khitbah beserta tata cara pelaksanaannya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang ingin menjalani proses pernikahan sesuai dengan syariat Islam.
Surah Maryam merupakan surah ke-19 dalam Al-Qur’an yang memiliki kedudukan istimewa, terutama bagi para ibu hamil. Surah ini berkisah tentang Maryam, ibu dari Nabi Isa, dan keajaiban-keajaiban yang terjadi dalam kehidupannya.
Bagi umat Muslim, membaca Surah Maryam dipercaya membawa berbagai manfaat, terutama bagi ibu hamil. Artikel ini akan mengulas manfaat-manfaat tersebut serta beberapa hadits yang mendukungnya.
1. Menguatkan Iman dan Ketakwaan
Membaca Surah Maryam secara rutin dapat menguatkan iman dan ketakwaan ibu hamil. Dalam surah ini, Maryam digambarkan sebagai sosok yang sangat taat kepada Allah SWT dan sabar menghadapi ujian.
Dengan membaca dan merenungi kisah Maryam, ibu hamil dapat mengambil inspirasi dan kekuatan untuk tetap tegar dalam menghadapi kehamilan yang penuh tantangan.
Kehamilan seringkali disertai dengan berbagai kecemasan dan kekhawatiran. Surah Maryam mengandung ayat-ayat yang menenangkan dan penuh dengan doa-doa yang dapat membantu ibu hamil merasa lebih tenang. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
3. Memohon Perlindungan dan Berkah untuk Anak
Salah satu manfaat terbesar dari membaca Surah Maryam adalah memohon perlindungan dan berkah bagi anak yang dikandung. Dalam Surah Maryam, terdapat doa-doa yang dapat dipanjatkan untuk kesehatan dan keselamatan bayi.
Maryam yang diberi keajaiban oleh Allah SWT dengan kelahiran Nabi Isa adalah contoh betapa besar kuasa dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang taat.
4. Menambah Keberkahan dalam Kehamilan
Membaca Al-Qur’an, termasuk Surah Maryam, diyakini dapat menambah keberkahan dalam kehidupan. Sebuah hadis menyatakan:
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi pembacanya.” (HR. Muslim)
Dengan membaca Surah Maryam, ibu hamil mendapat syafaat dan keberkahan dalam kehidupannya serta dalam proses persalinan nanti.
Kisah Maryam dalam surah ini menggambarkan kesabaran dan keteguhannya menghadapi ujian yang berat. Maryam harus menghadapi fitnah dan ujian ketika mengandung Nabi Isa. Keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi cobaan adalah teladan yang sangat berharga bagi ibu hamil.
6. Meningkatkan Hubungan dengan Allah SWT
Kehamilan adalah saat yang sangat spesial dan sering kali menjadi momen bagi banyak wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membaca Surah Maryam dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
Membaca Surah Maryam bagi ibu hamil diyakini membawa ketenangan, kekuatan, dan keberkahan selama kehamilan. Selain sebagai bentuk ibadah, ayat-ayat dalam surah ini juga mengandung doa dan kisah inspiratif yang dapat memberikan ketenangan hati.
Mimpi buruk seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman dan kegelisahan. Dalam Islam, terdapat beberapa anjuran dan hadis yang dapat kita ikuti untuk menyikapi mimpi buruk. Hal ini pernah Rasulullah SAW. katakan, yaitu:
“Mimpi buruk itu datang dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian melihat mimpi yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung kepada Allah dari setan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Simak artikel di bawah ini untuk mengetahui cara mengatasi mimpi buruk yang dapat Anda lakukan sebagai umat Islam.
Apa yang Harus Dilakukan Saat Mimpi Buruk?
Dalam buku “Untukmu Yang Sedang Sakit: Tata Cara Bersuci, Shalat, Doa & Dzikir Saat Sakit” karya Ammi Nur Baits, S.T., B.A., terdapat beberapa langkah yang diajarkan Rasulullah SAW untuk mengatasi mimpi buruk, yaitu:
Meludah ke arah kiri tiga kali: Hal ini menjadi salah satu cara menghindari pengaruh buruk dari setan setelah mengalami mimpi buruk.
Membaca ta’awudz (memohon perlindungan kepada Allah) tiga kali: Membaca ta’awudz dengan penuh keyakinan sebanyak tiga kali agar Allah SWT memberikan perlindungan dari segala keburukan setan.
Memohon perlindungan kepada Allah SWT: Berdoa kepada Allah agar menjauhkan kita dari keburukan yang mungkin timbul akibat mimpi buruk.
Bangun dan lakukan shalat: bangun dari tidur dan melaksanakan shalat sebagai bentuk ibadah dan pengharapan perlindungan dari Allah SWT.
Mengubah posisi tidur: Hal ini bertujuan untuk menghindari dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh mimpi tersebut.
Tidak menafsirkan mimpi tersebut kepada orang lain: Beliau mengingatkan agar kita tidak menceritakan atau menafsirkan mimpi buruk kepada orang lain karena dapat menambah kecemasan atau ketakutan.
Nabi SAW juga mengajarkan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan saat mengalami mimpi buruk. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Sunni, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut ketika mengalami mimpi buruk:
“Huwallâhu, allâhu rabbî, lâ syarîka lahû.”
Artinya: “Dialah Allah, Allah Tuhanku, tiada sekutu bagi-Nya.”
Selain doa di atas, Anda juga dapat melengkapi dengan doa-doa berikut:
“A’udzubillahi minasy syaithanir rajim.”
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Allahumma inni a’uzu bika min ‘amali ash-shaitan wa min waswasatihi wa min hamazatihi.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (perbuatan) setan, dari bisikan-bisikannya, dan dari sentuhannya.”
Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki peran serta fitrah masing-masing yang harus dijaga. Salah satu larangan yang ditegaskan dalam ajaran Islam adalah tasyabbuh, yaitu meniru atau menyerupai lawan jenis dalam hal pakaian, gaya bicara, maupun perilaku.
Hukum laki-laki menyerupai perempuan dalam Islam memiliki dasar dari hadis Rasulullah yang melarang laki-laki berpenampilan atau berperilaku seperti perempuan, begitu pula sebaliknya. Lalu, bagaimana sebenarnya hukum dan batasan dalam hal ini? Simak artikel ini!
Apa Saja Dalil-dalil yang Mendasari Hukum Laki-laki Menyerupai Perempuan dalam Islam?
Meskipun tidak ada ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit melarang laki-laki menyerupai perempuan, namun terdapat beberapa prinsip umum yang relevan dengan masalah ini.
Salah satunya adalah perintah Allah SWT agar manusia menjalankan perannya masing-masing sesuai dengan fitrahnya.
QS. An-Nisa’ ayat 32:
“Dan tetaplah kamu di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan berlenggak-lenggok seperti kebiasaan Jahiliyah yang dahulu.” Ayat ini mengindikasikan adanya perbedaan peran dan perilaku antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu terdapat beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang memberikan penjelasan lebih rinci mengenai larangan laki-laki menyerupai perempuan. Beberapa hadis yang terkait dengan masalah ini, antara lain:
Hadis Riwayat Bukhari:
“Rasulullah SAW melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” Hadis ini secara tegas melarang tindakan meniru gender lawan jenis.
Hadis Riwayat Abu Dawud:
“Allah mengutuk seorang wanita berpakaian laki-laki dan laki-laki berpakaian wanita.” Hadis ini menekankan larangan terhadap pakaian yang tidak sesuai dengan jenis kelamin.
Apa Saja Larangan Para Ulama Mengenai Laki-laki Menyerupai Perempuan?
Para ulama sepakat bahwa tindakan laki-laki menyerupai perempuan adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Alasan utama pelarangan ini adalah karena tindakan tersebut:
Bertentangan dengan fitrah: Setiap individu diciptakan dengan fitrahnya masing-masing, termasuk jenis kelamin. Menyerupai gender lawan jenis berarti mengingkari fitrah tersebut.
Menimbulkan fitnah: Tindakan ini dapat menimbulkan fitnah dan kerusakan moral di masyarakat.
Menghina syariat: Menyerupai gender lawan jenis dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap syariat Islam.
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, umat Muslim dapat menjaga keselarasan dalam kehidupan sosial dan menaati syariat yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, penting bagi Sahabat Muslim untuk senantiasa introspeksi diri dan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam bersikap, berpakaian, dan berperilaku sesuai dengan fitrahnya.
Wudhu adalah salah satu syarat sahnya ibadah seperti shalat dalam Islam. Wudhu bertujuan untuk mensucikan diri dari hadas kecil agar ibadah yang dilakukan menjadi sah di sisi Allah.
Namun, ada beberapa perkara yang membatalkan wudhu. Mari, simak artikel ini untuk mengetahui penjelasan mengenai hal-hal yang membuat wudhu batal.
Apa Saja yang Membatalkan Wudhu?
Wudhu adalah tanda bahwa tubuh kita bersih dan suci, serta siap untuk berdoa atau melaksanakan ibadah seperti shalat. Namun, ada beberapa tindakan yang dapat membatalkan wudhu, baik itu Sobat Muslim lakukan secara sengaja atau tidak sengaja.
Ketika membaca Al-Qur’an atau menghilangkan hadas kecil, Sobat Muslim untuk berwudhu sebelum melaksanakan shalat atau ibadah lainnya. Berikut adalah hal-hal yang membatalkan wudhu menurut ajaran Islam:
1. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
Salah satu hal utama yang membatalkan wudhu adalah keluarnya sesuatu dari dua jalan, yaitu dari kemaluan dan anus. Hal ini termasuk keluarnya urin, tinja, angin, mani, madzi, dan wadi. Keluarnya cairan ini dapat membatalkan wudhu, baik banyak maupun sedikit.
2. Tidur yang tidak dalam keadaan duduk tetap
Tidur yang membuat Sobat Muslim kehilangan kesadaran atau kendali atas diri Anda, terutama jika tidak dalam posisi duduk tetap yang menghindarkan keluarnya sesuatu dari tubuh juga dapat membatalkan wudhu. Hal ini cenderung membuat Anda tidak menyadari jika ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya.
3. Hilangnya akal
Hilangnya akal atau kesadaran karena sebab apa pun, seperti mabuk, pingsan, atau gila, membatalkan wudhu. Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya dan berpotensi keluarnya sesuatu dari tubuhnya tanpa Anda sadari.
4. Menyentuh kemaluan dengan tangan tanpa pembatas
Menyentuh kemaluan dengan tangan langsung tanpa pembatas seperti kain atau sarung tangan juga membatalkan wudhu. Hal ini berlaku baik untuk kemaluan sendiri maupun orang lain. Sentuhan ini dianggap sebagai hadas kecil yang memerlukan wudhu kembali.
5. Makan daging unta
Sumber Gambar: Freepik.com
Dalam beberapa mazhab, makan daging unta dianggap membatalkan wudhu. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan untuk berwudhu setelah mengkonsumsi daging unta.
6. Keluar darah atau nanah dalam jumlah banyak
Keluar darah atau nanah dalam jumlah banyak juga dapat membatalkan wudhu. Hal ini karena darah atau nanah yang keluar dari tubuh dianggap sebagai hadas yang memerlukan penyucian kembali.
7. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram
Dalam beberapa mazhab, bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram dapat membatalkan wudhu. Pendapat ini berdasarkan pada pandangan bahwa sentuhan tersebut dapat membangkitkan syahwat yang mengharuskan wudhu kembali.
8. Muntah-muntah
Muntah adalah proses keluarnya makanan atau minuman dari lambung melalui mulut. Hal ini dapat membatalkan wudhu, meskipun tidak hanya terjadi saat perut kosong. Dalam mazhab Hanafi, ada dua pandangan terkait hal ini, yaitu jika seseorang muntah seteguk, maka wudhunya batal.
9. Tertawa dengan keras
Sumber Gambar: Freepik.com
Secara umum, ketika Anda berdoa dan bersuci untuk beribadah kepada Allah SWT, Anda perlu menjaga etika dan tata krama. Perilaku yang tidak sesuai dapat mengganggu kekhusyukan doa kita kepada Allah SWT. Salah satunya adalah tertawa keras atau terbahak-bahak secara berlebihan dianggap tidak sopan.
10. Memandikan jenazah
Jika Anda memandikan jenazah, maka Anda akan menyentuh seluruh bagian tubuh jenazah tersebut. Apabila Anda sudah dalam keadaan berwudhu dan tanpa sengaja menyentuh alat kelamin mayat, maka wudhunya akan batal. Dalam kondisi ini, Anda perlu mengulang wudhunya untuk memastikan kebersihan kembali.
Saat melakukan wudhu, pastikan seluruh bagian tubuh dalam keadaan bersih. Namun, jika ada keraguan mengenai kebersihan tubuh terkait dengan hadas, maka wudhu tersebut dianggap batal. Menurut mazhab Maliki, “Barangsiapa yang percaya bahwa dia suci, maka jika dia meragukan Hadas tersebut maka dia harus dibersihkan kembali.”
12. Keadaan yang memerlukan mandi wajib
Hal lain yang dapat membatalkan wudhu adalah kondisi yang mengharuskan Anda untuk mandi besar guna menghilangkan hadas dari tubuh. Beberapa keadaan yang membatalkan wudhu dan mewajibkan mandi adalah perzinahan, ejakulasi, dan keadaan tertentu dalam Islam. Menurut mazhab Hanbali, wudhu dianggap tidak sah jika diperlukan untuk mandi besar, kecuali dalam hal kematian.
Itulah beberapa hal yang dapat membatalkan wudhu. Jika rukun-rukun wudhu Anda jaga dengan baik dan benar, maka wudhu yang Anda lakukan akan dianggap sah dan membolehkan Anda untuk melaksanakan ibadah seperti shalat.
Oleh karena itu, penting bagi Sobat Muslim untuk selalu memastikan kebersihan tubuh dan niat yang benar dalam melaksanakan wudhu agar ibadah yang Anda lakukan diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya untuk melakukan puasa sunnah di bulan Muharram, yang beliau anggap sebagai bulan terbaik untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan. Anjuran ini didasarkan pada salah satu hadis beliau, yaitu:
“Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Artikel ini akan menjelaskan beberapa amalan sunnah di bulan Muharram yang dianjurkan seperti yang disebutkan oleh H. M. Anshary dalam bukunya “Fiqih Kontroversi Jilid 2”.
Apa Saja Jenis Puasa Sunnah Bulan Muharram?
Bulan Muharram, sebagai bulan yang penuh berkah dan keutamaan, memiliki banyak amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, salah satunya adalah puasa sunnah. Berikut adalah beberapa jenis puasa sunnah di bulan Muharram yang wajib Sobat Muslim ketahui:
1. Puasa Tasu’a
Puasa Tasu’a dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum Hari Asyura. Dalil mengenai puasa Tasu’a adalah sebagai berikut:
“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram).” (HR Ahmad)
Puasa Tasu’a juga dilakukan sebagai pembeda dengan ibadah puasa kaum Yahudi, seperti yang terdapat dalam kitab “Fiqhul Islam wa Adillatuhu Jilid 3” oleh Prof. Wahbah Az Zuhaili, yang diterjemahkan oleh Abdul Hayyi al-Kattani. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya.” (HR Ahmad)
2. Puasa Asyura
Puasa Asyura dapat Anda lakukan pada tanggal 10 Muharram, sehari setelah Puasa Tasua. Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa ini:
“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)
Rasulullah SAW juga menganjurkan puasa Asyura ketika beliau tiba di Kota Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya mengapa mereka berpuasa, dan para sahabat menjelaskan bahwa hari itu adalah hari baik di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, dan Nabi Musa berpuasa sebagai tanda syukur.
Rasulullah SAW. kemudian bersabda:
“Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian”. Beliau kemudian berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya.” (HR Bukhari)
Puasa Asyura boleh dilakukan tanpa puasa Tasu’a, namun lebih utama jika kedua puasa tersebut dapat Anda lakukan secara bersama-sama.
3. Puasa Ayyamul Bidh
Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender kamariah (bulan Hijriah). Dalil mengenai puasa Ayyamul Bidh adalah sebagai berikut:
“Puasa tiga hari setiap bulan itu seperti puasa sepanjang tahun.” (Muttafaq ‘alaih) – (dikutip dari Syarah Riyadhus Shalihin oleh Imam An-Nawawi, terjemahan Misbah).
Jadwal Puasa Sunnah di Bulan Muharram
Sumber Gambar: Freepik.com
Berikut adalah jadwal puasa sunnah di bulan Muharram untuk tahun 1446 H berdasarkan kalender Hijriah yang telah berubah menjadi kalender Masehi:
1 Muharram 1446 H: Minggu, 7 Juli 2024
9 Muharram 1446 H: Senin, 15 Juli 2024
10 Muharram 1446 H: Selasa, 16 Juli 2024
11 Muharram 1446 H: Rabu, 17 Juli 2024
13 Muharram 1446 H: Jumat, 19 Juli 2024
14 Muharram 1446 H: Sabtu, 20 Juli 2024
15 Muharram 1446 H: Minggu, 21 Juli 2024
Apa Saja Keutamaan Puasa Muharram?
Bulan Muharram memiliki banyak keistimewaan yang sangat penting bagi umat Islam. Dalam sabda Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Muharram termasuk salah satu bulan haram yang penuh berkah, di mana banyak peristiwa besar dalam sejarah para nabi terjadi. Berikut adalah keutamaan lainnya yang dapat Anda ketahui:
Bulan yang memiliki peristiwa penting bagi para nabi: Muharram merupakan bulan yang penuh makna bagi kejadian penting yang dialami Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Musa, hingga Nabi Muhammad SAW.
Bulan yang termasuk mulia: Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, bersama dengan Dzulhijjah, Rajab, dan Dzulqa’dah.
Hari Asyura yang istimewa: Hari Asyura, yang jatuh pada 10 Muharram, adalah hari yang penuh peristiwa bersejarah bagi umat Islam.
Puasa terbaik setelah Ramadhan: Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (Muharram)…” (HR. Muslim).
Pahala yang dilipatgandakan: Segala amal baik yang Anda lakukan di bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Dosa yang dilipatgandakan: Penting bagi umat Islam untuk menjaga perilaku dan menghindari perbuatan dosa selama bulan ini.
Bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah: Muharram menandai awal tahun dalam kalender Hijriyah, yang dimulai dengan peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Amalan Sunnah di Bulan Muharram yang Dianjurkan untuk Mendapatkan Pahala
Sumber Gambar: Freepik.com
Bulan Muharram merupakan waktu yang penuh dengan peristiwa penting dan penuh berkah, sebaiknya Anda mengisi bulan ini dengan berbagai ibadah dan amal yang baik. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat Anda lakukan selama bulan Muharram:
Melaksanakan puasa sunnah, terutama puasa Asyura pada 10 Muharram dan puasa Tasu’a pada 9 Muharram.
Membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 1.000 kali.
Menjauhi perbuatan buruk dan maksiat, serta lebih memperbanyak amal kebaikan, sekecil apapun.
Memperbanyak sedekah dan melakukan pekerjaan dengan fokus dan keikhlasan.
Ada berbagai cara untuk memperbanyak sedekah, namun kini memberikan sedekah menjadi lebih praktis dengan adanya aplikasi ArahMuslim. Aplikasi ini mempermudah Sahabat Muslim untuk menunaikan kewajiban zakat hanya dengan beberapa langkah di ponsel Anda.
ArahMuslim memastikan bahwa proses pemberian sedekah yang Anda lakukan aman, transparan, dan tepat sasaran. Sekarang, Sahabat Muslim tidak perlu lagi khawatir mengenai cara menyalurkan sedekah dengan benar.
Aplikasi ini juga menawarkan berbagai fitur, seperti informasi masjid terdekat dan kajian Islam. Hubungi kami sekarang dan manfaatkan kemudahan bersedekah melalui ArahMuslim untuk berkontribusi dalam kesejahteraan Anda!
Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengundang pertolongan-Nya. Berikut adalah lima perbuatan yang dapat mengundang pertolongan Allah yang patut kita amalkan.
Sholat Tepat Waktu
Sholat adalah tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap Muslim. Sholat tepat waktu menunjukkan ketaatan kita kepada Allah dan menjadi bukti nyata iman. Rasulullah SAW bersabda:
“Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat” (HR. Bukhari).
Dengan sholat tepat waktu, kita memohon ridha dan pertolongan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Berbuat Kebaikan kepada Sesama
Merupakan cerminan dari akhlak yang mulia. Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dan akan memberikan pertolongan-Nya kepada mereka yang ikhlas dalam membantu orang lain. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah: 7).
Bersedekah
Sedekah adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Sedekah tidak hanya membantu yang membutuhkan, tetapi juga membersihkan harta dan jiwa kita. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi mereka yang bersedekah dengan hati yang ikhlas. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261).
Senantiasa Memohon Ampunan (Istighfar)
Memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah kita perbuat merupakan langkah penting dalam mendekatkan diri kepada Allah. Istighfar tidak hanya membersihkan jiwa, tetapi juga membuka pintu rezeki dan pertolongan dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan menjadikan setiap kesedihannya kegembiraan, setiap kesempitannya jalan keluar, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad).
Berdoa dengan Khusyuk
Doa adalah senjata bagi orang beriman. Dengan berdoa, kita menunjukkan ketergantungan kita hanya kepada Allah. Berdoa dengan khusyuk dan penuh keyakinan akan mengundang pertolongan Allah dalam setiap kesulitan yang kita hadapi. Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186).
Mengundang pertolongan Allah bukanlah hal yang sulit jika kita selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui sholat tepat waktu, berbuat kebaikan, bersedekah, memohon ampunan, dan berdoa dengan khusyuk. Dengan menjalankan kelima perbuatan ini, insya Allah kita akan mendapatkan pertolongan dan keberkahan dalam hidup kita.
Melakukan perbuatan-perbuatan ini, kita tidak hanya mengundang pertolongan Allah, tetapi juga memperoleh ketenangan batin dan kebahagiaan yang sejati. Semoga Allah selalu memberikan kita hidayah dan pertolongan-Nya. Aamiin.